Tata Rias Pengantin Bugis
Tata Rias Pengantin Bugis dan Makassar merupakan bagian dan tata rias
di Sulawesi Selatan. Tata Rias Pengantin Bugis-Makassar mi berasal dan
bekas kerajaan Luwu di bagian Utara, yang bermula dan daerah bekas
kerajaan Gowa di bagian Selatan. Suku Makassar mendiami daerah kabupaten
Goa dan suku Bugis mendiami daerah kabupaten Wajo.
Kekhasan Tata Rias Pengantin Bugis-Makassar ini terletak pada hiasan hitam di dahi, yang disebut Dadasa. Lukisan hitam mi melambangkan siluet bunga teratai, yang dipercaya sebagai bunga suci yang kaya manfaat.
Dadasa dibuat untuk membentuk wajah calon pengantin tampak ideal. Zaman dahulu, orang-orang tua membuat pola paes ni berdasarkan naluri. Garis pertumbuhan rambut yang kurang baik dan tidak simetris akan disamarkan oleh bentuk dadasa.
Dalam prakteknya, metode tradisional ni menimbulkan kesulitan, karena jari para perias pengantin memiliki ukuran yang berbeda antara satu dengan yang Iainnnya. Dahi pengantin pun memiliki bentuk yang beragam. Ukuran jari perias yang kecil tak bisa dijadikan pola ukur untuk dahi lebar dan jari berukuran besar pun tak bisa digunakan untuk membuat paes pada dahi pengantin yang kecil. Menyikapi ini, maka dibuatlah pola paes proporsional. Pola baru mi memudahkan para perias pengantin untuk membuat dadasa yang sesuai dengan wajah pengantin perempuan.
Dadasa yang baik adalah yang mempunyai titik tengah tepat di tengah-tengah dahi sehingga serasi dan proporsional dengan bentuk wajah pengantin. Riasan mi akan membuat pengantin percaya din, anggun, dan “manglingi”(wajah menjadi lebih cantik). Masing-masing suku mempunya Gin khas send in dalam bentuk tata riasnya. Orang Bugis melukis Dadasa dengan bentuk Iengkung di bagian tengah dahi, disebut Dadasa tumpul. Suku Makassar membentuk Dadasa tampak runcing di bagian tengahnya, tepat di tengah tengah dahi, disebut Dadasa Manigkasara.
Dahulu, warna hitam yang dipakai Dadasa dibuat dab kemiri yang dihanguskan, lalu ditumbuk halus. Kini, digunakan krim berwarna hitam, disebut PidTh. Pidih bersifat lembut dan mudah dioleskari, tidak terasa sakit, dan tidak bereaksi terhadap kulit wajah.
Seiring waktu, Dadasa Bugis dan Dadasa Mangkasara tidak mutlak dipakai lagi untuk masing-masing suku, dan disesuaikan dengan bentuk wajah dan calon pengantin. Dadasa Mangkasara digunakan untuk wajah pengantin yang bulat, sedangkan Dadasa Bugis untuk wajah pengantin yang onjong.
Kekhasan Tata Rias Pengantin Bugis-Makassar ini terletak pada hiasan hitam di dahi, yang disebut Dadasa. Lukisan hitam mi melambangkan siluet bunga teratai, yang dipercaya sebagai bunga suci yang kaya manfaat.
Dadasa dibuat untuk membentuk wajah calon pengantin tampak ideal. Zaman dahulu, orang-orang tua membuat pola paes ni berdasarkan naluri. Garis pertumbuhan rambut yang kurang baik dan tidak simetris akan disamarkan oleh bentuk dadasa.
Dalam prakteknya, metode tradisional ni menimbulkan kesulitan, karena jari para perias pengantin memiliki ukuran yang berbeda antara satu dengan yang Iainnnya. Dahi pengantin pun memiliki bentuk yang beragam. Ukuran jari perias yang kecil tak bisa dijadikan pola ukur untuk dahi lebar dan jari berukuran besar pun tak bisa digunakan untuk membuat paes pada dahi pengantin yang kecil. Menyikapi ini, maka dibuatlah pola paes proporsional. Pola baru mi memudahkan para perias pengantin untuk membuat dadasa yang sesuai dengan wajah pengantin perempuan.
Dadasa yang baik adalah yang mempunyai titik tengah tepat di tengah-tengah dahi sehingga serasi dan proporsional dengan bentuk wajah pengantin. Riasan mi akan membuat pengantin percaya din, anggun, dan “manglingi”(wajah menjadi lebih cantik). Masing-masing suku mempunya Gin khas send in dalam bentuk tata riasnya. Orang Bugis melukis Dadasa dengan bentuk Iengkung di bagian tengah dahi, disebut Dadasa tumpul. Suku Makassar membentuk Dadasa tampak runcing di bagian tengahnya, tepat di tengah tengah dahi, disebut Dadasa Manigkasara.
Dahulu, warna hitam yang dipakai Dadasa dibuat dab kemiri yang dihanguskan, lalu ditumbuk halus. Kini, digunakan krim berwarna hitam, disebut PidTh. Pidih bersifat lembut dan mudah dioleskari, tidak terasa sakit, dan tidak bereaksi terhadap kulit wajah.
Seiring waktu, Dadasa Bugis dan Dadasa Mangkasara tidak mutlak dipakai lagi untuk masing-masing suku, dan disesuaikan dengan bentuk wajah dan calon pengantin. Dadasa Mangkasara digunakan untuk wajah pengantin yang bulat, sedangkan Dadasa Bugis untuk wajah pengantin yang onjong.
Komentar
Posting Komentar